POPULASI BIVALVIA DI PERAIRAN
Mohamad Syaiful
Program Studi Pendidikan Sains Universitas Tadulako
Abstrak
Wilayah
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang kaya akan potensi sumber daya alam
termasuk flora dan faunanya, dimana salah satunya adalah phylum
Mollusca. Phylum Mollusca sendiri terbagi dalam beberapa kelas dan salah
satunya adalah kelas bivalvia. Jenis bivalvia di Indonesia diperkirakan
mempunyai 100 jenis yang hidup di perairan Indonesia Populasi bivalvia pada
akhir-akhir ini semakin terancam, karena adanya eksploitasi habitat bivalvia
oleh manusia, maupun bencana alam, serta sering dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, bivalvia juga rentan terhadap
pencemaran, hal ini karena bivalvia merupakan hewan yang tingkat mobilitasnya
rendah sehingga bivalvia sering dijadikan sebagai salah bioindikator suatu
perairan, baik itu perairan tawar maupun perairan laut.
Kata
Kunci: Populasi, Bivalvia, Perairan
PENDAHULUAN
Indonesia
dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati
tertinggi di dunia, baik itu flora, fauna dan termasuk habitatnya.Kekayaan alam
hayati benua maritim Indonesia terkenal sebagai salah satu megacenter utama
keanekaragaman hayati dunia dengan sekitar 40.000 jenis tumbuhan sebagai unsur
floranya. Secara fitogeografi yang dibuat oleh Zollinger, Indonesia termasuk ke
dalam kawasan Malaysia, meliputi keseluruhan Semenanjung Malaya mulai dari Tanah
Genting Kra di Thailand Selatan, Benua Maritim Indonesia, Filipina, Papua
Nugini, dan Pulau-pulau Solomon (Rifai, 1990).
Salah
satu fauna yang terdapat di Indonesia adalah phylum Mollusca dari kelas
bivalvia yang sebarannya terdapat disemua provinsi yang ada di Indonesia.Fauna
bivalvia sering dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi masyarakat dan selain
itu juga cangkang dari bivalvia juga dapat digunakan sebagai kerajinan tangan
oleh masyarakat sebagai sumber pendapatan oleh masyarakat.Hal ini yang dapat
mengakibatkan menurunnya populasi bivalvia yang ada di alam.Organisme bivalvia
juga dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada pelabuhan-pelabuhan yang bahan
utamanya terbuat dari kayu.Hal ini seperti diungkapkan oleh Borges et. All
(2014) teredinids bivalvia menimbulkan kehancuran besar pada struktur bangunan
yang terbuat kayu terutama dermaga-dermaga pelabuhan laut.
Besarnya
pemanfaatan dari hewan bivalvia itu sendiri, juga dapat mengakibatkan kurangnya
populasi dari hewan tersebut.Selain pemanfaatan hewan tersebut, eksploitasi
dari beberapa habitat bivalvia juga dapat mengancam keberadaan hewan tersebut
di alam ini.Misalnya pemanfaatan ekosistem hutan mangrove sebagai tambak atau
empang oleh masyarakat dapat mengganggu dari keberlangsungan hidup dari
organisme tersebut.Selain eksploitasi dari habitat hewan tersebut, pembuangan
limbah secara langsung pada perairan yang menjadi habitat dari bivalvia dapat
juga mengancam dari ekosistem perairan tersebut.Hal ini yang menyebabkan
mengapa bivalvia adalah salah satu sumber daya alam yang perlu mendapat
perhatian.
Wilayah
Indonesia merupakan salah satu wilayah yang kaya akan potensi sumber daya alam
termasuk flora dan faunanya, dimana salah satunya adalah phylum Mollusca.
Phylum Mollusca sendiri terbagi dalam beberapa kelas dan salah satunya adalah
kelas bivalvia.Jenis bivalvia di Indonesia diperkirakan mempunyai 100 jenis
yang hidup di perairan Indonesia.Diantara jenis-jenis tersebut ada beberapa
jenis yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia keberadaan populasinya agar
tidak terjadi penurunan atau kehilangan dari organisme tersebut dan juga
sebagai salah satu asset kekayaan yang dimiliki Negara ini.Tabugo et. All.(2013) menyatakan bahwa Sampai
saat ini, masih kurangnya informasi dasar seperti keanekaragaman spesies untuk
menilai tingkat populasi yang hilang di antara Mollusca yang menetap di
perairan laut.
Hal
ini yang mendasari penulis untuk melakukan penulisan artikel tentang populasi
bivalvia, agar kita dapat mengetahui betapa pentingnya menjaga keberadaan populasi
bivalvia yang ada sehingga kita mampu untuk melestarikan keberadaan populasi
bivalvia agar tidak terjadi penurunan dan kehilangan dari populasi bivalvia
yang ada di sekitar kita.
PEMBAHASAN
Populasi adalah sekumpulan organisme
yang sejenis, baik secara morfologi maupun secara genetik yang menempati suatu
ruang (habitat)serta mempunyai karakteristik tertentu.Begitupun dengan populasi
bivalvia yang tidak mungkin sama dengan populasi gastropoda, walaupun
organisme-organisme tersebut masih dalam satu phylum. Bivalvia merupakan salah
satu anggota dari phylum Mollusca yang mempunyai nilai ekonomis dan sumber
nutrisi yang sangat penting bagi masyarakat.Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan populasi bivalvia di alam. Selain itu, organisme ini mempunyai
masa pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan dengan beberapa organisme yang
lain. Peharda et all. (2010) mengemukakan bahwa eksploitasi daerah tertentu
akan mempengaruhi keadaan spesies tertentu di daerah tertentu pula, maka
dibutuhkan manajemen perlindungan yang terkait dengan eksploitasi dari habitat
biavlvia untuk menjaga habitat dari populasi bivalvia.
Populasi
bivalvia di alam juga dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor lingkungan yang
menunjang siklus kehidupannya.Penggunaan organisme indikator dalam penentuan
kualitas lingkungan sangat bermanfaat karena organisme tersebut akan memberikan
reaksi terhadap keadaan lingkungan tersebut. Hal tersebut, dapat melengkapi
atau memperkuat penilaian kualitas lingkungan berdasarkan parameter fisika dan
kimia.Borges et. All ( 2014) menyatakan bahwa persyaratan lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan spesies, ditentukan dengan menggunakan melihat situasi
dan kondisi iklim, yang akan menghasilkan informasi berharga yang untuk
membantu menjelaskan pola distribusi spesies tersebutFaktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1.
Suhu; secara umum suhu dapat berpengaruh
terhadap kehidupan organisme-organisme yang ada di alam. Organisme-organisme di
alam ini selalu mempunyai tingkat keterbatasan pada setiap perubahan suhu yang
ada di alam ini. Menurut Michael. P (1994), yang menyatakan bahwa suhu
mempunyai peranan penting dalam mengatur kegiatan-kegiatan hewan, karena suhu
mempengaruhi kegiatan kimia dalam tubuh sekaligus menentukan kegiatan
metabolik. Suhu yang tinggi akan menyebabkan penurunan kandungan oksigen
terlarut tetapi terjadi peningkatan konsumsi oleh organisme akibat meningkatnya
metabolisme.
2.
Salinitas; salinitas atau kadar garam di
perairan sangat dibutuhkan oleh beberapa organisme. Pada ekosistem air laut
salinitas sebagai wujud kadar garam yang terlarut dalam air laut sangat
menentukan corak dan kemelimpahan yang ada, sebab mekanisme osmoregulasi
masing-masing jenis memiliki daya toleransi yang terbatas terhadap kadar garam
itu sendiri. Sedangkan pada ekosistem danau dan sungai yang mempunyai kadar
garam juga bersifat membatasi. Kandungan garam atau salinitas air tawar ialah
kurang dari 0,5 ppt jika dibandingkan dengan air laut dengan salinitas 30
sampai 37 ppt.
3.
Kadar oksigen; kebutuhan oksigen (O2) merupakan
hal yang sangat vital bagi setiap organisme untuk melakukan proses respirasi
serta menguraikan zat-zat organik maupun anorganik demi kelangsungan hidupnya. Kadar oksigen
terlarut pada perairan tawar dan perairan laut itu berbeda-beda. Pada umumnya
kebutuhan akan oksigen sering di bagi menjadi dua macam yaitu kebutuhan oksigen
biologis atau yang lebih dikenal dengan BOD (biology oksigen demand) dan kebutuhan oksigen kimiawi (chemistry oksigen demand).
4.
pH atau Derajat keasaman; Telah
diketahui bahwa perubahan pH sedikit saja dapat menyebabkan perubahan dalam
reaksi fisiologik dari berbagai jaringan maupun reaksi enzim dan lain-lain. Di
laut terbuka variasi pH dalam batas yang diketahui mempunyai pengaruh kecil
pada sebagaian besar biota.
5.
Substrat; telah kita ketahui bersama
bahwa bivalvia merupakan salah satu organisme yang hidup pada substrat yang
berlumpur. Hal ini menjadi penting, karena setiap organisme mempunyai toleransi
terhadap keadaan substrat tersebut. Perubahan komposisi substrat dapat juga
memepengaruhi populasi dari bivalvia itu sendiri.
Faktor-faktor
diatas kurang lebih yang sangat mempengaruhi bagi kehidupan dari bivalvia itu
sendiri.Kita ketahui bersama bahwa setiap organisme itu mempunyai batas
toleransi terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.Hal ini
merupakan satu petunjuk kepada kita yang memanfaatkan sumber daya alam yang
ada.Dewasa ini, sering kita dengar bahwa kehilangan satu populasi di alam
merupakan petunjuk tentang perubahan lingkungan.Cranford et all. (2012)
menyatakan bahwa pendekatan berbasis ekosistem untuk kerang budidaya didasarkan
pada sistem pemantauan indikator lingkungan secara bertahap dan
terstruktur.Prinsipnya bahwa peningkatan perubahan kondisi fisik-kimia
lingkungan membutuhkan usaha untuk melakukan peningkatan pemantauan lingkungan.
Bivalvia
laut ditemukan sering di pada perairan yang bersifat hidrotermal, bahan organik
yang ditopang oleh kemosintetik bakteri
yang memastikan keadaan sebagian atau seluruh nutrisi karbon. Ini simbiosis
yang utama untuk fungsi di dalam suatu ekosistem. Simbiosis serupa terjadi pada
spesies kerang lainnya hidup di pesisir perairan laut yang dangkal dan habitat
yang semakin berkurang di seluruh dunia (Duperron, et all. 2013).Perubahan kondisi lingkungan juga akan mempengaruhi
keadaan habitat dari populasi, keragaman, kelimpahan, pola distribusi, nilai
penting, frekuensi, dan ekosistem.
Hal
ini yang menjadi dasar mengapa pemanfaatan organisme sebagai salah satu
indikator terhadap perubahan kualitas
lingkungan selain dengan melakukan pengukuran kualitas lingkungan secara
fisik-kimia. Pemanfaatan organisme sebagai bioindikatorperubahan kualitas
lingkungan bukanlah hal yang mudah, hal ini karena ada beberapa
kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan organisme tersebut layak
atau tidak untuk dijadikan sebagai bioindikator perubahan kualitas lingkungan.
Menurut Harman (1974, dalam Fachrul, 2007) mengemukakan bahwa organisme yang
dapat dijadikan sebagai indikator biologi harus memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
a.
Mudah dikenal oleh peneliti yang bukan
spesialis
b.
Mempunyai sebaran yang luas di dalam
lingkungan perairan
c.
Memperlihatkan daya toleransi yang
hampir sama pada kondisi lingkungan perairan yang sama
d.
Jangka waktu hidupnya relatif lama
e.
Tidak cepat berpindah tempat bila
lingkungannya dimasuki bahan pencemar.
Selanjutnya,
menurut Fachrul (2007) bahwa untuk menggunakan komunitas organisme (biologi)
sebagai indikator jenis diperlukan sifat atau ciri yang mendukung yaitu:
a.
Kehadiran atau ketidakhadiran suatu
organisme dalam lingkungan sebagai faktor ekologi.
b.
Terdapat sistem penilaian kualitas air
yang mudah dan dapat memberikan perbandingan
c.
Penilaian kondisi air selalu berhubungan
dengan waktu yang panjang, tidak hanya pengambilan sesaat.
d.
Sistem penilaian harus berhubungan
dengan banyaknya pengambilan contoh dari keseluruhan kondisi lingkungan.
Menurut
Ponder (1998), bivalvia (pelecypoda) terdiri dariclams, mussels, oyster dan
scallops. Sejumlah dari mereka merupakan kerang-kerangankomersial yang
penting.Bivalvia melekatkan diri pada seubstrat dengan menggunakan byssus yang berupa benang benang yang
sangat kuat.Cangkang bivalvia berfungsi untuk melindungi diri dari lingkungan
dan predator serta sebagai tempat melekatnya otot.Cangkang bivalvia merupakan
engsel secara dorsal dan terbuka di sekitar katup margin ketika terbuka
(Meglitsch, 1972).Bivalvia bernafas dengan menggunakan insang yang terdapat
dalam rongga mantel dan memperoleh makanan dengan menyaring partikel-partikel
yang terdapat dalam air. Dari semua anggota Mollusca, bivalvia lebih
dikategorikan sebagai deposit feeder
ataupun suspension feeder (Stanley,
1970 dalam Peterson & Wells, 1998).
Bivalvia
memperoleh makanannya yaitu dengan cara menyaring partikel-partikel yang
terdapat pada substrat serta mengumpulkan detritus-detritus yang cenderung
melimpah pada sedimen-sedimen yang mempunyai bahan-bahan organik untuk
kelangsungan hidupnya. Selain itu, bivalvia juga dapat dikategorikan sebagai
organisme yang memanfaatkan pelapukan-pelapukan dari limbah makhluk hidup yang
tidak terpakai lagi.
PENUTUP
Berdasarkan
pendahuluan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Bivalvia merupakan salah satu anggota
dari phylum Mollusca yang mempunyai nilai ekonomis dan sumber nutrisi yang
sangat penting bagi masyarakat yang mempunyai masa pertumbuhan yang lambat jika
dibandingkan dengan beberapa organisme yang lain.
2.
Populasi bivalvia sangat dipengaruhi
oleh oleh faktor lingkungan seperti; suhu, salinitas, kadar oksigen, pH atau
derajat keasaman, dan substrat.
3.
Bivalvia dapat digunakan sebagai
indicator biologis atau yang sering disebut bioindikator untuk memantau
perubahan kualitas lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Borges. Luisa, M.S., Merckelbac.
LM.,Sampaio. Idan Cragg, S.M., 2014.Diversity, environmental requirements, and
biogeography of bivalve wood-borers (Teredinidae) in European coastal
waters.(online) Frontiers in Zoology
11-13.http://www.frontiersinzoology.com/content/11/1/13diakses Rabu 26
Pebruari 2014.
Cranford et all. 2012. An
ecosystem-based approach and managementframework for the integrated evaluation
of bivalveaquaculture impacts. (online) Aquacult
Environ Interact Vol. 2: 193–213, 2012. www.int-res.comdi akses Kamis
27 Pebruari 2014
Duperronet all. 2013. An overview of
chemosynthetic symbioses in bivalves from theNorth Atlantic and Mediterranean
Sea. (online) Biogeosciences, Vol. 10
3241–3267, 2013. www.biogeosciences.net/10/3241/2013/doi:10.5194/bg-10-3241-2013.
Diakses Jumat 28 Pebruari 2014
Fachrul, M. F.
2007. Metode Sampling Bioekologi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.Alih
Bahasa oleh, Kastoer, R.Y; Pendamping Sahati dan Suharto. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Peharda. M., Balic. D.E. Vergoc. N,
Isajlovic. I, Bogner. D. 2010. Description of bivalve community structure in
the Croatian part of the Adriatic Sea - hydraulic dredge survey. (online). Acta
Adriatica, 51(1): 141 - 158, 2010.
Peterson, C.H. ,& Wells,F.E. 1988.
Mollucs in Marine and Estuarine Sediments. InBeesley, P.L., G.J.B., & A.
Wells (eds). Mollusca: The Southern Syntetsis,Fauna of Australia. Vol.5.
CSIRO Publising. Melbourne
Ponder, W.F. 1998. Clasification of
Mollusca in Beesley, P.L., G.J.B. Ross& A. Wells.(eds). Mollusca: The
Southern Syntetsis, Fauna of Australia. Vol.5.
CSIRO Publising. Melbourne
Rifai, Mien. I990. Blodiversity
Flora Hutan Tropis di Dalam Wallacea Area.Kumpulan Makalah Lokakarya
Nasional Pengembangan Riset Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam.
Jakarta
Tabugo et. All. 2013. Some Economically
Important Bivalves and Gastropods found in the Islandof Hadji Panglima Tahil,
in the province of Sulu, Philippines.(online).International Research Journal of Biological Sciences Vol. 2(7), 30-36,
July (2013)www.isca.indiakses Jumat 28
Pebruari 2014
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking