Donderdag 23 April 2015

POPULASI BIVALVIA DI PERAIRAN
Mohamad Syaiful
Program Studi Pendidikan Sains Universitas Tadulako

Abstrak
Wilayah Indonesia merupakan salah satu wilayah yang kaya akan potensi sumber daya alam termasuk flora dan faunanya, dimana salah satunya adalah phylum Mollusca. Phylum Mollusca sendiri terbagi dalam beberapa kelas dan salah satunya adalah kelas bivalvia. Jenis bivalvia di Indonesia diperkirakan mempunyai 100 jenis yang hidup di perairan Indonesia Populasi bivalvia pada akhir-akhir ini semakin terancam, karena adanya eksploitasi habitat bivalvia oleh manusia, maupun bencana alam, serta sering dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, bivalvia juga rentan terhadap pencemaran, hal ini karena bivalvia merupakan hewan yang tingkat mobilitasnya rendah sehingga bivalvia sering dijadikan sebagai salah bioindikator suatu perairan, baik itu perairan tawar maupun perairan laut.
Kata Kunci: Populasi, Bivalvia, Perairan
PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, baik itu flora, fauna dan termasuk habitatnya.Kekayaan alam hayati benua maritim Indonesia terkenal sebagai salah satu megacenter utama keanekaragaman hayati dunia dengan sekitar 40.000 jenis tumbuhan sebagai unsur floranya. Secara fitogeografi yang dibuat oleh Zollinger, Indonesia termasuk ke dalam kawasan Malaysia, meliputi keseluruhan Semenanjung Malaya mulai dari Tanah Genting Kra di Thailand Selatan, Benua Maritim Indonesia, Filipina, Papua Nugini, dan Pulau-pulau Solomon (Rifai, 1990).
Salah satu fauna yang terdapat di Indonesia adalah phylum Mollusca dari kelas bivalvia yang sebarannya terdapat disemua provinsi yang ada di Indonesia.Fauna bivalvia sering dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi masyarakat dan selain itu juga cangkang dari bivalvia juga dapat digunakan sebagai kerajinan tangan oleh masyarakat sebagai sumber pendapatan oleh masyarakat.Hal ini yang dapat mengakibatkan menurunnya populasi bivalvia yang ada di alam.Organisme bivalvia juga dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada pelabuhan-pelabuhan yang bahan utamanya terbuat dari kayu.Hal ini seperti diungkapkan oleh Borges et. All (2014) teredinids bivalvia menimbulkan kehancuran besar pada struktur bangunan yang terbuat kayu terutama dermaga-dermaga pelabuhan laut.
Besarnya pemanfaatan dari hewan bivalvia itu sendiri, juga dapat mengakibatkan kurangnya populasi dari hewan tersebut.Selain pemanfaatan hewan tersebut, eksploitasi dari beberapa habitat bivalvia juga dapat mengancam keberadaan hewan tersebut di alam ini.Misalnya pemanfaatan ekosistem hutan mangrove sebagai tambak atau empang oleh masyarakat dapat mengganggu dari keberlangsungan hidup dari organisme tersebut.Selain eksploitasi dari habitat hewan tersebut, pembuangan limbah secara langsung pada perairan yang menjadi habitat dari bivalvia dapat juga mengancam dari ekosistem perairan tersebut.Hal ini yang menyebabkan mengapa bivalvia adalah salah satu sumber daya alam yang perlu mendapat perhatian.
Wilayah Indonesia merupakan salah satu wilayah yang kaya akan potensi sumber daya alam termasuk flora dan faunanya, dimana salah satunya adalah phylum Mollusca. Phylum Mollusca sendiri terbagi dalam beberapa kelas dan salah satunya adalah kelas bivalvia.Jenis bivalvia di Indonesia diperkirakan mempunyai 100 jenis yang hidup di perairan Indonesia.Diantara jenis-jenis tersebut ada beberapa jenis yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia keberadaan populasinya agar tidak terjadi penurunan atau kehilangan dari organisme tersebut dan juga sebagai salah satu asset kekayaan yang dimiliki Negara ini.Tabugo et. All.(2013) menyatakan bahwa Sampai saat ini, masih kurangnya informasi dasar seperti keanekaragaman spesies untuk menilai tingkat populasi yang hilang di antara Mollusca yang menetap di perairan laut.
Hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penulisan artikel tentang populasi bivalvia, agar kita dapat mengetahui betapa pentingnya menjaga keberadaan populasi bivalvia yang ada sehingga kita mampu untuk melestarikan keberadaan populasi bivalvia agar tidak terjadi penurunan dan kehilangan dari populasi bivalvia yang ada di sekitar kita.
PEMBAHASAN
            Populasi adalah sekumpulan organisme yang sejenis, baik secara morfologi maupun secara genetik yang menempati suatu ruang (habitat)serta mempunyai karakteristik tertentu.Begitupun dengan populasi bivalvia yang tidak mungkin sama dengan populasi gastropoda, walaupun organisme-organisme tersebut masih dalam satu phylum. Bivalvia merupakan salah satu anggota dari phylum Mollusca yang mempunyai nilai ekonomis dan sumber nutrisi yang sangat penting bagi masyarakat.Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan populasi bivalvia di alam. Selain itu, organisme ini mempunyai masa pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan dengan beberapa organisme yang lain. Peharda et all. (2010) mengemukakan bahwa eksploitasi daerah tertentu akan mempengaruhi keadaan spesies tertentu di daerah tertentu pula, maka dibutuhkan manajemen perlindungan yang terkait dengan eksploitasi dari habitat biavlvia untuk menjaga habitat dari populasi bivalvia.
Populasi bivalvia di alam juga dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor lingkungan yang menunjang siklus kehidupannya.Penggunaan organisme indikator dalam penentuan kualitas lingkungan sangat bermanfaat karena organisme tersebut akan memberikan reaksi terhadap keadaan lingkungan tersebut. Hal tersebut, dapat melengkapi atau memperkuat penilaian kualitas lingkungan berdasarkan parameter fisika dan kimia.Borges et. All ( 2014) menyatakan bahwa persyaratan lingkungan yang mempengaruhi kehidupan spesies, ditentukan dengan menggunakan melihat situasi dan kondisi iklim, yang akan menghasilkan informasi berharga yang untuk membantu menjelaskan pola distribusi spesies tersebutFaktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Suhu; secara umum suhu dapat berpengaruh terhadap kehidupan organisme-organisme yang ada di alam. Organisme-organisme di alam ini selalu mempunyai tingkat keterbatasan pada setiap perubahan suhu yang ada di alam ini. Menurut Michael. P (1994), yang menyatakan bahwa suhu mempunyai peranan penting dalam mengatur kegiatan-kegiatan hewan, karena suhu mempengaruhi kegiatan kimia dalam tubuh sekaligus menentukan kegiatan metabolik. Suhu yang tinggi akan menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut tetapi terjadi peningkatan konsumsi oleh organisme akibat meningkatnya metabolisme.
2.    Salinitas; salinitas atau kadar garam di perairan sangat dibutuhkan oleh beberapa organisme. Pada ekosistem air laut salinitas sebagai wujud kadar garam yang terlarut dalam air laut sangat menentukan corak dan kemelimpahan yang ada, sebab mekanisme osmoregulasi masing-masing jenis memiliki daya toleransi yang terbatas terhadap kadar garam itu sendiri. Sedangkan pada ekosistem danau dan sungai yang mempunyai kadar garam juga bersifat membatasi. Kandungan garam atau salinitas air tawar ialah kurang dari 0,5 ppt jika dibandingkan dengan air laut dengan salinitas 30 sampai 37 ppt.
3.    Kadar oksigen; kebutuhan oksigen (O2) merupakan hal yang sangat vital bagi setiap organisme untuk melakukan proses respirasi serta menguraikan zat-zat organik maupun anorganik  demi kelangsungan hidupnya. Kadar oksigen terlarut pada perairan tawar dan perairan laut itu berbeda-beda. Pada umumnya kebutuhan akan oksigen sering di bagi menjadi dua macam yaitu kebutuhan oksigen biologis atau yang lebih dikenal dengan BOD (biology oksigen demand) dan kebutuhan oksigen kimiawi (chemistry oksigen demand).
4.    pH atau Derajat keasaman; Telah diketahui bahwa perubahan pH sedikit saja dapat menyebabkan perubahan dalam reaksi fisiologik dari berbagai jaringan maupun reaksi enzim dan lain-lain. Di laut terbuka variasi pH dalam batas yang diketahui mempunyai pengaruh kecil pada sebagaian besar biota.
5.    Substrat; telah kita ketahui bersama bahwa bivalvia merupakan salah satu organisme yang hidup pada substrat yang berlumpur. Hal ini menjadi penting, karena setiap organisme mempunyai toleransi terhadap keadaan substrat tersebut. Perubahan komposisi substrat dapat juga memepengaruhi populasi dari bivalvia itu sendiri.
Faktor-faktor diatas kurang lebih yang sangat mempengaruhi bagi kehidupan dari bivalvia itu sendiri.Kita ketahui bersama bahwa setiap organisme itu mempunyai batas toleransi terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.Hal ini merupakan satu petunjuk kepada kita yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada.Dewasa ini, sering kita dengar bahwa kehilangan satu populasi di alam merupakan petunjuk tentang perubahan lingkungan.Cranford et all. (2012) menyatakan bahwa pendekatan berbasis ekosistem untuk kerang budidaya didasarkan pada sistem pemantauan indikator lingkungan secara bertahap dan terstruktur.Prinsipnya bahwa peningkatan perubahan kondisi fisik-kimia lingkungan membutuhkan usaha untuk melakukan peningkatan pemantauan lingkungan.
Bivalvia laut ditemukan sering di pada perairan yang bersifat hidrotermal, bahan organik yang ditopang oleh kemosintetik  bakteri yang memastikan keadaan sebagian atau seluruh nutrisi karbon. Ini simbiosis yang utama untuk fungsi di dalam suatu ekosistem. Simbiosis serupa terjadi pada spesies kerang lainnya hidup di pesisir perairan laut yang dangkal dan habitat yang semakin berkurang di seluruh dunia (Duperron, et all. 2013).Perubahan kondisi lingkungan juga akan mempengaruhi keadaan habitat dari populasi, keragaman, kelimpahan, pola distribusi, nilai penting, frekuensi, dan ekosistem.
Hal ini yang menjadi dasar mengapa pemanfaatan organisme sebagai salah satu indikator terhadap perubahan kualitas  lingkungan selain dengan melakukan pengukuran kualitas lingkungan secara fisik-kimia. Pemanfaatan organisme sebagai bioindikatorperubahan kualitas lingkungan bukanlah hal yang mudah, hal ini karena ada beberapa kriteria-kriteria yang diperlukan untuk menentukan organisme tersebut layak atau tidak untuk dijadikan sebagai bioindikator perubahan kualitas lingkungan. Menurut Harman (1974, dalam Fachrul, 2007) mengemukakan bahwa organisme yang dapat dijadikan sebagai indikator biologi harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a.    Mudah dikenal oleh peneliti yang bukan spesialis
b.    Mempunyai sebaran yang luas di dalam lingkungan perairan
c.    Memperlihatkan daya toleransi yang hampir sama pada kondisi lingkungan perairan yang sama
d.   Jangka waktu hidupnya relatif lama
e.    Tidak cepat berpindah tempat bila lingkungannya dimasuki bahan pencemar.
Selanjutnya, menurut Fachrul (2007) bahwa untuk menggunakan komunitas organisme (biologi) sebagai indikator jenis diperlukan sifat atau ciri yang mendukung yaitu:
a.    Kehadiran atau ketidakhadiran suatu organisme dalam lingkungan sebagai faktor ekologi.
b.    Terdapat sistem penilaian kualitas air yang mudah dan dapat memberikan perbandingan
c.    Penilaian kondisi air selalu berhubungan dengan waktu yang panjang, tidak hanya pengambilan sesaat.
d.   Sistem penilaian harus berhubungan dengan banyaknya pengambilan contoh dari keseluruhan kondisi lingkungan.
Menurut Ponder (1998), bivalvia (pelecypoda) terdiri dariclams, mussels, oyster dan scallops. Sejumlah dari mereka merupakan kerang-kerangankomersial yang penting.Bivalvia melekatkan diri pada seubstrat dengan menggunakan byssus yang berupa benang benang yang sangat kuat.Cangkang bivalvia berfungsi untuk melindungi diri dari lingkungan dan predator serta sebagai tempat melekatnya otot.Cangkang bivalvia merupakan engsel secara dorsal dan terbuka di sekitar katup margin ketika terbuka (Meglitsch, 1972).Bivalvia bernafas dengan menggunakan insang yang terdapat dalam rongga mantel dan memperoleh makanan dengan menyaring partikel-partikel yang terdapat dalam air. Dari semua anggota Mollusca, bivalvia lebih dikategorikan sebagai deposit feeder ataupun suspension feeder (Stanley, 1970 dalam Peterson & Wells, 1998).
Bivalvia memperoleh makanannya yaitu dengan cara menyaring partikel-partikel yang terdapat pada substrat serta mengumpulkan detritus-detritus yang cenderung melimpah pada sedimen-sedimen yang mempunyai bahan-bahan organik untuk kelangsungan hidupnya. Selain itu, bivalvia juga dapat dikategorikan sebagai organisme yang memanfaatkan pelapukan-pelapukan dari limbah makhluk hidup yang tidak terpakai lagi.

PENUTUP
Berdasarkan pendahuluan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1.    Bivalvia merupakan salah satu anggota dari phylum Mollusca yang mempunyai nilai ekonomis dan sumber nutrisi yang sangat penting bagi masyarakat yang mempunyai masa pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan dengan beberapa organisme yang lain.
2.    Populasi bivalvia sangat dipengaruhi oleh oleh faktor lingkungan seperti; suhu, salinitas, kadar oksigen, pH atau derajat keasaman, dan substrat.
3.    Bivalvia dapat digunakan sebagai indicator biologis atau yang sering disebut bioindikator untuk memantau perubahan kualitas lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Borges. Luisa, M.S., Merckelbac. LM.,Sampaio. Idan Cragg, S.M., 2014.Diversity, environmental requirements, and biogeography of bivalve wood-borers (Teredinidae) in European coastal waters.(online) Frontiers in Zoology 11-13.http://www.frontiersinzoology.com/content/11/1/13diakses Rabu 26 Pebruari 2014.

Cranford et all. 2012. An ecosystem-based approach and managementframework for the integrated evaluation of bivalveaquaculture impacts. (online) Aquacult Environ Interact Vol. 2: 193–213, 2012. www.int-res.comdi akses Kamis 27 Pebruari 2014

Duperronet all. 2013. An overview of chemosynthetic symbioses in bivalves from theNorth Atlantic and Mediterranean Sea. (online) Biogeosciences, Vol. 10 3241–3267, 2013. www.biogeosciences.net/10/3241/2013/doi:10.5194/bg-10-3241-2013. Diakses Jumat 28 Pebruari 2014

Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.Alih Bahasa oleh, Kastoer, R.Y; Pendamping Sahati dan Suharto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Peharda. M., Balic. D.E. Vergoc. N, Isajlovic. I, Bogner. D. 2010. Description of bivalve community structure in the Croatian part of the Adriatic Sea - hydraulic dredge survey. (online). Acta Adriatica, 51(1): 141 - 158, 2010.

Peterson, C.H. ,& Wells,F.E. 1988. Mollucs in Marine and Estuarine Sediments. InBeesley, P.L., G.J.B., & A. Wells (eds). Mollusca: The Southern Syntetsis,Fauna of Australia. Vol.5. CSIRO Publising. Melbourne

Ponder, W.F. 1998. Clasification of Mollusca in Beesley, P.L., G.J.B. Ross& A. Wells.(eds). Mollusca: The Southern Syntetsis, Fauna of Australia. Vol.5. CSIRO Publising. Melbourne

Rifai, Mien. I990.  Blodiversity Flora Hutan Tropis di Dalam Wallacea Area.Kumpulan Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan Riset Pelestarian dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam. Jakarta

Tabugo et. All. 2013. Some Economically Important Bivalves and Gastropods found in the Islandof Hadji Panglima Tahil, in the province of Sulu, Philippines.(online).International Research Journal of Biological Sciences Vol. 2(7), 30-36, July (2013)www.isca.indiakses Jumat 28 Pebruari 2014










Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking