Vrydag 24 April 2015

MEKANISME DAN FISIOLOGI RESPIRASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya cel dan logos artinya ilmu pengetahuan.Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel. Definisi sel adalah sel merupakan unit struktural yang terkecil dari mahluk hidup yang terdiri dari segumpal protoplasma dan inti sel. Selanjutnya seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga pada tahun 1930 ditemukan mikroskop elektron. Definisi sel selanjutnya berbunyi “ Sel adalah merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil yang mampu hidup di dalam suatu lingkungan yang mati “.
Tanda-tanda sel itu hidup ada beberapa kriteria antara lain:
1.        Sel dapat bersifat iritabel, artinya sel dapat menujukkan respon terhadap stimuli baik secara kimiawi maupun listrik. Contohnya adalah sel saraf dan sel otot.
2.        Sel dapat bersifat konduktivitas, artinya sel mampu meneruskan rangsangan. Contohnya sel saraf dan sel otot.
3.        Sel dapat bersifat kontraktivitas, artinya sel dapat memendekkan protoplasma ke satu arah (terlihat saat pembelahan sel).
4.        Sel dapat bersifat absorbsi, sifat ini dapat dimiliki oleh semua jenis sel.
5.        Sel mempunyai sifat sekresi, sifat ini paling baik dimuliki oleh sel-sel kelenjar, selain itu juga mempunyai sifat ekskresi. Contoh sel yang kurang/tidak mempunyai sifat ini adalah sel otot dan sel saraf.
6.        Sel mempunyai kemampuan respirasi, artinya sel mempunyai kemampuan menangkap oksigen untuk kebutuhan metabolisme di dalam sel.
7.        Sel mempunyai sifat pertumbuhan dan perbanyakan, perbanyakan sel berarti dapat membelah diri dan selama perkembangannya dapat menjadi banyak bentuk sifat ini disebut multipoten. Contoh sel yang bersifat multipoten adalah sel mesenchym yang pada akhirnya mengalami defrensiasi artinya sel tersebut telah menuju suatu proses spesialisasi dan bertambah besar.Elemen utama sebuah sel adalah protoplasma. Protoplasma pada semua sel terdiri atas dua komponen utama, yaitu air dan komponen anorganik / komponen organik.Dari reaksi reaksi kimia yang terjadi antara senyawa senyawa inilah yang mengakibatkan adanya gejala gejala kehidupan di protoplasma.Gejala kehidupan itu misalnya metabolisme , tumbuh , bergerak , berkembang biak , sirkulasi zat.Komponen-komponen anorganik terdiri atas air, garam-garam mineral, gas oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia . Komponen organik terutama terdiri atas karbohidrat, lipida, protein, dan beberapa komponen-komponen spesifik seperti enzim, vitamin, dan hormone.
Kegiatan/perubahan-perubahan yang terjadi pada protoplasma/sitosol dapat terlihat secara langsung pada mahluk bersel satu, tapi pada mahluk tingkat tinggi hal tersebut sulit dilihat, hal ini dikarenakan sel tersebut mengalami spesialisasi sel. Akibat spesialisasi sel maka terjadi antara lain:
1.  Terjadi hubungan yang erat antara bentuk dan fungsinya.
2.  Bagian-bagian tubuh menjadi tergantung satu dengan yang lainnya.
Hilangnya potensi sel, artinya hilangnya kemampuan sel untuk berubah bantuk

1.2     Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana kemampuan protoplasma dalam iritabilitas ?
2.    Bagaimana kemampuan protoplasma dalam konduktivitas dan transmisi impuls ?
3.    Bagaimana kemampuan protoplasma dalam kontraktivitas ?
4.    Bagaimana kemampuan protoplasma dalam gerakan silia dan gerakan lain ?
5.    Bagaimana kemampuan protoplasma dalam respirasi ?
6.    Bagaimana kemampuan protoplasma dalam pertumbuhan dan pembelahan sel ?












BAB II
PEMBAHASAN

Protoplasma merupakan suatu bagian yang terdiri atas bahan yang kompleks dan terlindung dengan baik.Protoplasma biasa dikenal dengan sebutan sel. Berbeda dengan benda tak hidup atau benda mati yang tidak memiliki protoplasma. Lihat saja batu atau komputer yang tidak memiliki protoplasma atau sel, sehingga disebut dengan benda mati.Protoplasma pada semua sel terdiri atas dua komponen utama, yaitu air dan komponen anorganik / komponen organik.Dari reaksi reaksi kimia yang terjadi antara senyawa senyawa inilah yang mengakibatkan adanya gejala gejala kehidupan di protoplasma Gejala kehidupan itu misalnya metabolisme , tumbuh , bergerak , berkembang biak , sirkulasi zat. Misalnya yang mudah respirasi , fotosintesis , sintesis lemak dan lain lain.
Kemampuan yang dimiliki makhluk hidup baik yang bersel tunggal (uniseluler) maupun yang bersel banyak (multiseluler) dimaksudkan untuk mempertahankan hidup dan jenisnya.Hal tersebut tergantung pada beberapa kemampuan yang dimiliki protoplasmanya. Apabila kemampuan itu tidak dimiliki maka sel tersebut akan mati. Kemampuan dari satu sel ke sel lain tidak selalu sama dalam kualitas dan intensitasnya. Kemampuan faal sel tersebut dapat dijelakan mekanismenya apabila mempelajari biologi sel sampai tingkat molekuler.
Salah satu ciri makhluk hidup yang dapat diamati adalah bergerak.Hewan dan manusia ddapat bergerak secara aktif (gerak berpindah tempat) dan pasif (gerak terbatas pada tumbuhan).Gerakan tersebut dilakukan karena adanya rangsang.
1.    Iritabilitas
Salah satu kemampuan yang penting dari organisme hidup adalah melakukan reaksi terhadap perubahan lingkungannya.Perubahan lingkungan tersebut dinamakan stimulus atau rangsang yang peda umumnya membangkitkan suatu bentuk respon atau tanggapan organisme hidup bersangkutan.
Dalam pengertian dasar, kemampuan tersebut dinamakan iritabilitas.Sebagai contoh, sebuah protozoa bersel satu dapat bereaksi terhadap berbagai jenis rangsang seperti perubahan suhu atau cahaya atau keberadaan partikel makanan, dalam bentuk respon mekanik seperti silia, gerakan ameboid.
Iritabilitas dalam perkembangan maksimalnya pada hewan menimbulkan deferensiasi dari pengkhususan sel sebagai jaringan saraf termasuk alat indera.Dengan selalu adanya rangsang dari lingkungan tersebut pada organisme hidup akan berkembang reseptor khusus pada permukaan selnya untuk menerima rangsang tersebut. Pada organisme multiseluler nilai ambang terhadap rangsang untuk mengadakan reaksi pada reseptor tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan sel lain.
Tumbuhan merupakan organisme multiseluler dapat bereaksi secara perlahan-lahan sebagai manifestasi iritabilitas sel yang menyusunnya. Reaksi pada tumbuhan terhadap rangsang yang tergolong iritabilitas antara laintropisme, nasti dan taksis.
1)        Gerak Tropisme
Gerak tropisme adalah gerak pada tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah datangnya rangsang. Gerak tropisme terbagi sebagai berikut :
a)        Geotropisme
Gerak tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah datang rangsang berupa gaya gravitasi bumi. Geotropisme  terbagi atas geotropism positif dan negative. Contoh akar tumbuhanyang selalu bergerak menuju pusat bumi.
b)        Hidrotropisme
Gerak tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah datang rangsang sumber air.Hidrotropisme terbagi atas hidrotropisme positif dan negative.Contoh akar tumbuhan menuju/mencari sumber air dalam tanah.
c)        Fototropisme
Gerak tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah datang rangsang berupa cahaya matahari. Contoh bagian ujung tumbuhan akan mengikuti arah datangnya matahari.
d)       Tigmotropisme
Gerak tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah datang rangsang berupa sentuhan alami.Contoh melakatnya bagian sulur tanaman jenis pemanjat.
e)        Kemotropisme
Gerak tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah datang rangsang suatu zat atau bahan kimia.Contoh  gerak akar tumbuhan untuk menyerap unsur hara.

2)        Nasti
Gerak nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang tidak dipengaruhi oleh arah datangnya rangsang atau disebabkan oleh perubahan tekanan turgor. Gerak nasti terbagi sebagai berikut :
a)        Termonasti adalah gerak yang disebabkan oleh rangsang suhu. Contoh mekarnya bunga tulip pada musim semi karena suhunya hangat
b)        Tigmonasti adalah gerak tumbuhan oleh rangsang sentuhan buatan. Contoh putri malu yang disentuh akan mengatup daunnya seperti layu.
c)        Fotonasti adalah gerak tumbuhan karena adanya rangsang cahaya. Contoh mekarnya bunga pukul empat pada sore hari.
d)       Seismonasti adalah gerak tumbuhan karena getaran. Contoh daun putri malu yang mengatup jika terkena rangsang getaran.
e)        Niktinasti adalah gerak tumbuhan karena pengaruh gelap. Contoh gerak menutupnya petai cina karena cahaya gelap.
f)         Kemonasti adalah gerak tumbuhan karena pengaruh senyawa kimia. Contoh membukanya stomata pada siang hari karena karbondioksida.
g)        Nasti kompleks adalah gerak tumbuhan karena adanya pengaruh rangsang lebih dari satu. Contoh gerak membuka dan menutupnya stomata.

3)        Taksis
Gerak taksis adalah gerak perpindahan sebagian atau seluruhnya akibat adanya rangsang. Gerak taksi terbagi sebagai berikut :
a)        Fototaksis adalah gerak yang dilakukan akib at rangsang cahaya. Contoh gerak Euglena dan ganggang hijau Clamydomonas bergerak mendekat  menuju intensitas cahaya sedang dan menjauhi jika intensitas cahaya tinggi.
b)        Kemotaksis adalah gerak yang disebabkan karena adanya rangsang kimia. Contoh gerak spermatozoid lumut dan paku yang bergerak karena adanya rangsang berupa zat gula atau protein.
c)        Thermotaksis adalah gerak yang disebabkan oleh suhu. Contoh golongan alga bergerak kedaerah yang memiliki suhu tinggi.
d)       Galvanotaksis adalah gerak yang disebabkan oleh pengaruh listrik. Contoh gerak volvox menjauhi sumber listrik.

2.    Konduktivitas
Dalam upaya malanjutkan gelombang eksitasi yang dimulai dari tempat sentuhan rangsang (reseptor) kebagian efektor, protoplasma mempunyai kemampuan konduktivitas.Pada hewan yang sel-selnya telah mengalami diferensiasi, konduktivitas tersebut secara khusus ditingkatkan dalam bentuk serabut-serabut saraf. Pada organisme multiseluler, meskipun sudah terjadi pengkhususan dalam konduktivitas oleh serabut saraf, namun jenis sel lain masih memiliki kemampuan konduktivitas tersebut. Jaringan saraf menjadi jaringan yang dapat melangsungkan konduksi (perambatan) dan transmisi (pemindahan) impuls saraf.
Transmisi adalah kemampuan untuk memindahkan impuls melalui membrane di dasarkan transpotasi ion Na+ melalui protein transport pada membrane sel. Apabila otot dan saraf dirangsang, terjadilah perubahan sifat-sifat kelistrikan dan potensial membaran sel yang membatasinya. Membrane sel termasuk membrane sel saraf beserta cabang-cabangnya memisahkan dua macam larutan yang mengandung partikel-partikel bermuatan listrik seperti ion.
Membrane akson yang mirip membaran sel lainnya ketebalan 5-10 nm, memiliki tahanan terhadap arus listrik kira-kira sebesar 10 juta kali lebih besar daripada tahanan listrik dari larutan garam yang berada di kedua belah sisinya, sehingga sebagai pengahntar listrik akan tidak berarti kalau dibandingkan dengan kawat listrik sebenarnya. Dengan segala sifat yang dimiliki akson, maka apabila pulsa listrik yang dimasukkan kedalam akson, akan terlalu lemah untuk menimbulkan impuls saraf dan hanya memungkinkan mampu merambat beberapa millimeter saja. Impuls listrik yang  melaluiakson saraf bukan mengandalkan kepada perabatannya melalui akson seperti struktur mati yang bersifat statis sebagaimana kawat pengahantar listrik, melainkan melalui membaran akson dengan mekanisme dinamis khusus. Hal ini menyangkut keberadaan molekul-molekul proten pada membrane sel.
Gbr. Sel Saraf  Terfiksasi
Setiap sel saraf (neuron) terdiri dari satu badan sel yang didalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam sel saraf yaitu dendrit dan akson (neurit). Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan neurit berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Neurit  biasanya memiliki ukuran yang sangat panjang sedangkan dendrit ukurannya pendek. Kedua serabut saraf (dendrit dan neurit) berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat sel Schwann yang menempel pada akson.Membrane plasma sel Schwann disebut nerilemma yang diseliputi selubung myelin.Mielin memiliki fungsi melindungi akason dan memberi nutrisi.Bagian dari akson yang tidak terbungkus myelin disebut nodus Ranvier yang memiliki fungsi mempercepat penghantaran impuls.
Berdasrakan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a)    Sel saraf sensorik. Sel saraf  sensorik (saraf indera) adalah sel saraf yang berfungsi menghantarkan impuls dari reseptor (indera) ke sistim saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
b)   Sel saraf motorik. Sel saraf motorik (saraf penggerak) adalah sel saraf yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) ke efektor (otot) yang hasilnya berupa respon/tanggapan terhadap rangsang.
c)    Sel saraf intermediate. Sel saraf  intermediate (saraf penghubung) adalah sel saraf yang berfungsi untuk menghubungkan sel saraf sensorik dengan sel saraf motoric atau menghubungkan satu sel saraf dengan sel saraf lainnya.

Tabel 1. Perbedaan Saraf  Parasimpatik dan Simpatik


3.    Transmisi Impuls
Impuls listrik merambat sepanjang aksonakan berhenti mendadak apabila telah sampai pada titik pertemuan ujung percabangan aksonnya dengan sel saraf sasarannya. Titik pertemuan ini disebut sinapsis. Sinapsis yang merupakan hubungan ujung akson dengan tonjolan sel saraf lain tidak berbentuk sebagai hubungan antara ujung kawat dengan pangkal kawat lain, melainkan dipisahkan oleh celah sebesar 20 nm. Impuls listrik bukan meloncat menyeberangi celah sinap melainkan memerlukan substansi untuk memicu terbangkitnya impuls di bagian sel saraf yang berada diseberang ujung akson.
Substansi kimiawi untuk transmisi impuls disebut neurotransmitter (NT). Apabila impuls saraf mencapai ujung akson yang berbentuk sebagai tombol, maka gelembung sinaptik yang berisi NT akan melepaskan isinya kedalam celah sinaptik. Molekul substansi NT berdifusi untuk beberapa mikrodetik dan berakhir menempel pada reseptor  pada membrane yang diseberangnya. Reaksi yang timbul pada membrane saraf sasarannya akan tergantung pada jenis NTnya. Apabila NT dapat mengubah permeabilitas membaran saran sasaran terhadap ion-ion, maka terbangkitlah impuls seperti halnya yang berlangsung pada akson sebelumnya.

4.    Kontraktivitas
Perubahan ukuran panjang dari sebuah sel menjadi pendek disebut kontraksi.Pada organisme multiseluler kemampuan kontraksi dikhususkan pada sel otot.Kemampuan kontraksi didukung oleh sitoskeleton terutama aktin dan myosin.Pada umumnya semua sel memiliki sitoskeleton, sehingga sel-sel bukan sel otot mempunayi potensi untuk mengubah bentuk selnya.Gerakan yang paling mudah diamati mekanismenya pada makhluk hidup adalah gerak kontraksi otot.Gerakan yang tidak hanya melibatkan otot rangka, namun juga berlangsung pada saluran pencernaan, pembuluh darah, dan jantung yang disebabkan oleh kontraksi otot polos dan otot jantung.
Dua pertiga dari serabut otot tersebut terisi oleh myofibril yang berbentuk benang-benang yang memanjang berdiameter 1-2 mikron.Myofibril yang dipisahkan dari serabut otot ternyata masih mampu berkontraksi apabila diberikan ATP sekaligus menguatkan bahwa myofibril merupakan unsur kontraktil dari otot.Miofibril tersusun atas berkas-berkas filamen tebal (ukuran 10-15 nm) dan filamen halus (ukuran 5-8 nm).Filamen tebal tersusun atas protein myosin dan dikategorikan protein asesori sedangkan filamen halus tersusun dari molekul protein aktin dikategorikan sitoskeleton.Filamen tersusunan atas dua untaian molekul globuler aktin.Huxley menyatakan bahwa saat proses kontraksi berlangsung, miofilamen halus dikedua pihak dalam sebuah sarkomer, meluncur/menyusup mendekati ujung-ujung miofilamen halus dipihak lain diantara miofilamen tebal disekelilingnya.
Saat ujung-ujung miofilamen halus saling mendekat, ujung lainnya bertumpu pada lempeng Z yang memjadikan lempeng Z dan sarkomer akan menjadi lebih sempit. Apabila seluruh sarkomer disepanjang serabut otot menyempit maka seluruh serabut akan memendek pula. Kontraksi dapat terjadi karena kemampuan saling tarik antara dua macam miofilamen yang diwujudkan sebagai saling menggesernya miofilamen sedemikian rupa sehingga terdapat perlekatan yang maksimal dari masing-masing permukaan miofilamen.

5.    Gerakan Silia
Gerakan silia merupakan bentuk gerakan kedua yang telah diketahui mekanismenya sesudah kontraksi otot. Silia adalah tonjolan benang atau bulu-bulu  tipis setebal 0,25 μm dengan bundel mikrotubulus di bagian intinya. Dinding dari silia  terdiri dari 9 dublet mikrotubula. Dublet-dublet tersebut tersusun melingkar dan radier terhadap dua buah singlet mikrotubula, oleh karena susunan ini dinyatakan memiliki susunan mikrotubula 9+2 (9 dublet dan 2 singlet).
Jika kontraksi otot berdasarkan komponen akatin, maka mekanisme gerakan silia didasarkan komponen mikrotubulus, demikian pula dengan protein asesori yang berinteraksi berbeda yaitu melibatkan molekul-molekul dinein dan neksin. Gerakan silia terjadi pula mekanisme peluncuran, namun disini unsur-unsur yang bergeser adalah dianatara mikrotubulus yang terletak di pusat silia dengan mikrotubulus tepi di sekelilingnya dan antara mikrotubulus tepi di dekatnya dengan bertumpu pada dasar silia disebut “basal body”sebagai bagian dineinsementara pada otot terdapat “cross bridge” sebagai bagian dari miosin.
Silia dapat ditemukan pada beberapa hewan avertebrata misalnya pada Dugesia.Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan. Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya. Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.

6.    Gerakan Lain
Miofibril dan silia merupakan struktur yang relative stabil yang khusus diperlukan untuk gerakan berulang sedangkan sebagian besar gerakan seluler tergantung pada struktur yang labil.Untuk gerakan ini dibutuhkan struktur dalam sel yang dibentuk dari mikrotubulus.Pembentukan struktur ini berlangsung pada saat dibutuhkan dan bersumber dari molekul-molekul tubulin dan aktin dalam sitoplasma. Jika tidak dibutuhkan lagi, maka struktur tersebut akan dibongkar kembali menjadi molekul yang larut dalam sitoplasma. Mekanisme ini dianalogikan “Bongkar Pasang” sesuai keperluan.
Mikrotubulus adalah rantai protein yang berbentuk spiral dan spiral tersebut membentuk tabung berlubang.Fungsi dari mikrotubula adalah mempertahankan bentuk sel, mengarahkan gerakn komponen sel dan bertindak sebagai rangka sel. Gerakan oleh mikrotubulus berlangsung karena adanya polimerasi tubulin di satu ujung dibarengi adanya depolarisasi pada ujung lainnya.Untuk menstabilkan ujung mikrotubulus perlu adanya molekul-molekul “tudung” yang melindungi dari depolimerasi.

7.    Respirasi
Didalam setiap sel hidup terjadi proses metabolism. Salah satu proses tersbut adalah katabolisme. Katabolisme disebut pula disimilasi, karena dalam proses ini energy yang tersimpan ditimbulkan kembali atau dibongkar untuk menyelenggarakan proses – proses kehidupan. Respirasi sel berlangsung didalam mitokondria melalui proses glikolisis, yakni proses pengubahan atom C6 menjadi C3. Dilanjutkan dengan proses dekarboksilasi oksidatif yang mengubah senyawa C3 menjadi senyawa C2 dan C1 (CO2). Kemudian daur krebs mengubah senyawa C2 menjadi senyawa C1(CO2¬)..
Pada setiap tingkatan ini dihasilkan energy berupa ATP (adenosine Tri Phosphat) dan Hidrogen .hydrogen yang berenergi bergabung dengan akseptor hydrogen untuk dibawa ke transfer electron ; energynya dilepaskan dan hydrogen diterima oleh O2 menjadi H2O. Didalam proses respirasi dihasilkan senyawa antara CO2 yang merupakan bahan dasarproses anabolisme. Didalam proses respirasi sel bahan bakarnya adalah gula heksosa. Pembakaran tersebut memerlukan oksigen bebas, sehingga reaksi keseluruhan dapat ditukis sebagai berikut :
C6h12O6 + 6 CO2   ----------------  6 CO+ 6H2O + 675 kal
Dalam respirasi aerob. Gula heksosa mengalami pembongkaran dengan proses yang sangat panjang. Pertamakali glukosa sebagai bahan dasar mengalami fosfolarisasi, yaitu proses penambahan fosfat kepada molekul – molekul glukosa hingga menjadi fruktosa -1, 6 – difosfat. Pada fosforilasi , ATP dan ADP memgang peranan penting sebagai pengisi fosfat.
Katabolisme disebut juga respirasi, merupakan proses pemecahan bahan organik menjadi bahan anorganik dan melepaskan sejumlah energi (reaksi eksergonik). Energi yang lepas tersebut digunakan untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP), yang merupakan sumber energi untuk seluruh aktivitas kehidupan.Pada prinsipnya katabolisme merupakan reaksi reduksi-oksidasi (redoks), karena itu dalam reaksi tersebut diperlukan akseptor elektron untuk menerima elektron dari reaksi oksidasi bahan organik. Akseptor elektron tersebut diantaranya adalah:
  • NAD (nikotinamida adenin dinukleotida)
  • FAD (flavin adenin dinukleotida)
  • Ubikuinon
  • Sitokrom
  • Oksigen
Ada empat langkah dalam proses respirasi, yaitu: glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, daur Krebs, dan rantai transpor elektron.
1.    Glikolisis
Glikolisis berlangsung di sitosol, merupakan proses pemecahan molekul glukosa yang memiliki 6 atom C menjadi dua molekul asam piruvat yang memiliki 3 atom C. Reaksi yang berlangsung di sitosol ini menghasilkan 2 NADH dan 2 ATP.
 Respirasi Sel (Katabolisme)
2.    Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi oksidatif berlangsung di matriks mitokondria, sebenarnya merupakan langkah awal untuk memulai langkah ketiga, yaitu daur Krebs. Pada  langkah ini 2 molekul asam piruvat yang terbentuk pada glikolisis masing-masing diubah menjadi Asetil-KoA (asetil koenzim A) dan menghasilkan 2 NADH.
3.    Daur Krebs
Daur Krebs yang berlangsung di matriks mitokondria disebut juga daur asam sitrat atau daur asam trikarboksilat dan berlangsung pada matriks mitokondria.Asetil-KoA yang terbentuk pada dekarboksilasi oksidatif, memasuki daur ini.Pada akhir siklus dihasilkan 6 NADH, 2 FADH, dan 2 ATP. (lihat skema di bawah)
 Respirasi Sel (Katabolisme)
4.    Rantai Transpor Elektron
Rantai transpor elektron berlangsung pada krista mitokondria. Prinsip dari reaksi ini adalah: setiap pemindahan ion H (elektron) yang dilepas dari dua langkah pertama tadi antar akseptor dihasilkan energi yang digunakan untuk pembentukan ATP.
 Respirasi Sel (Katabolisme)
Setiap satu molekul NADH yang teroksidasi menjadi NAD akan melepaskan energi yang digunakan untuk pembentukan 3 molekul ATP. Sedangkan oksidasi FADH menjadi FAD, energi yang lepas hanya bisa digunakan untuk membentuk 2 ATP. Jadi, satu mol glukosa yang mengalami proses respirasi dihasilkan total 38 ATP.Tabel berikut menjelaskan perhitungan pembentukan ATP per mol glukosa yang dipecah pada proses respirasi.
Proses
ATP
NADH
FADH
Glikolisis
Dekarboksilasi oksidatif
Daur Krebs
Rantai transpor electron
2
-
2
34
2
2
6
-
-
-
2
-
Total
38
10
2

8.    Pertumbuhan dan Perkembangan Sel
Integritas jaringan hanya dapat dipertahankan apabila pertumbuhan dan pemebalahan setiap sel dari organisme multiseluler diprogramkan dan dikordinasikan dengan sel-sel di dekatnya.Akibatnya masing-masing sel membelah dengan kecepatan berbeda. Pertumbuhan diartikan sebagai pembesaran atau pertambahan volume sel karena adanya pertambahan protoplasma yang biasanya diikuti oleh pembelahan sel. Selanjutnya pembelahan sel diikuti oleh pertumbuhan sehingga kedua peristiwa tersebut merupakan bagian dari siklus sel. Pada umumnya dapat diikuti dalam siklus kehidupan sel, yaitu :
a.    Priode interfase
Priode interfase juga meerupakan ‘fase istirahat’. Pada interfase terjadi beberapa kegiatan yang intensif, antara lain biosintesis adan deoksiribonukleat (ADN) dan pembagian komponen-komponen kromosom menjadi dua bagian yang sama. Sehingga ukuran sel bertambah kurang lebih dua kali lipat.Pada interfase berlangsung serangkaian proses yang komplek sebagai persiapan untuk membagikan materi-materi yang terdapat pada sebuah sel kepada sel anak dengan jumlah yang sama. Sebelum membelah, komponen-komponen molekuler sel yang penting dalam sel telah digandakan menjadi dua kali lipat, sehingga sebenarnya pembelahan sel merupakan fase terakhir dari perubahan-perubahan tingkat molekul yang sedang berlangsung. Berikut merupakan gambar ringkasan peristiwa-peristiwa besar dalam siklus sel eukariotik dan kondisi kromosom induk.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7vOXuai38XdaOdcaE3J_lx3JejNSYCRt3-bKCeU5zsgD44fOvcCHUBXvTQcwj_TMKqQYT4sydyKgvVd4RcvImoJn3P5hHAxBlEP_kTe5C2FcXEVutN8gL4SCtwHBx-5SztoFHAXAv_v0/s400/FASE+ISTIRAHAT+INTERFASE.jpg
Dalam sel berkembang biak, G1 adalah periode antara kelahiran sel mitosis dan inisiasi sintesis DNA, yang menandai awal fase S. Pada akhir fase S, kromosom yang direplikasi terdiri dari dua DNA dan terkait kromosom. Akhir G2 ditandai oleh terjadinya mitosis,  memisahnya gelendong mitosis (garis merah) dan menuju ke kutub masing-masing, diikuti pembagian sitoplasma (sitokinesis) untuk menghasilkan dua sel anak. G1, S, dan fase G2 secara kolektif disebut sebagai interfase, periode antara satu mitosis dan berikutnya.
Berdasarkan penelitian sitokimia (antara lain dengan menggunakan zat warna Feolgen) dan penelusuran dengan timidin radioaktif, Howardsdan Pele membagi siklus sel menjadi empat periode yang berurutan, yaitu periode G(G = gap), periode S (sintesis), periode G2, dan mitosis. Sintesis ADN hanya berlangsung pada periode S. selam periode G2 pada suatu sel mengandung ADN sebanyak dua kali lipat jika dibanding pada periode G1. Sel-sel anak yang baru dibentuk pada mitosis kembali mengandung jumlah ADN seperti pada periode G1.

b.   Periode Pembelahan
Sel sebagai unit terkecil kehidupan tentunya mengalami pertumbuhan sel. Pada sel yang sedang tumbuh selalu mengalami siklus sel, yang merupakan serangkaian proses yang berlangsung sejak sel itu terbebtuk hingga siap mulai membelah. Siklus sel sendiri meliputi pertambahan massa dan duplikasi bahan genetic yang dikenal sebagai interfase dan pembelahan sel. Pada sel eukariotik pembelahan sel ada dua macam, yaitu mitosis dan meiosis.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemahaman dari pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa :
1.    Kemampuan protoplasma dalaam hal iritabilitas adalah reaksi pada tumbuhan terhadap rangsang antara lain tropisme, nasti dan taksis.
2.    Kemampuanprotoplasma dalam konduktivitas (perambatan) dan transmisi (pemindahan) impuls saraf yakni otot dan saraf diberikan ransang yang pada akhirnya menimbulkan respon berupa gerakan.
3.    Kemampuanprotoplasma dalam kontraktivitas tentang perubahan ukuran panjang dari sebuah sel menjadi pendek disebut kontraksi, kemampuan kontraksi dikhususkan pada sel otot. Kemampuan kontraksi didukung oleh sitoskeleton terutama aktin dan myosin.
4.    Kemampuanprotoplasma dalam gerakan silia dan gerakan lain, dibutuhkan struktur dalam sel yang dibentuk dari mikrotubulus. Pembentukan struktur ini berlangsung pada saat dibutuhkan dan bersumber dari molekul-molekul tubulin dan aktin.
5.    Kemampuan protoplasma dalam respirasimerupakan proses pemecahan bahan organik menjadi bahan anorganik dan melepaskan sejumlah energy. Energi yang lepas tersebut digunakan untuk membentuk ATP, yang merupakan sumber energi untuk seluruh aktivitas kehidupan. Pada prinsipnya respirasi merupakan reaksi reduksi-oksidasi (redoks), karena itu dalam reaksi tersebut diperlukan akseptor elektron untuk menerima elektron dari reaksi oksidasi bahan organik.
6.    Kemampuanprotoplasma dalam pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya pada tahap interfase berlangsung serangkaian proses yang komplek sebagai persiapan untuk membagikan materi-materi yang terdapat pada sebuah sel kepada sel anak dengan jumlah yang sama. Sebelum membelah, komponen-komponen molekuler sel yang penting dalam sel telah digandakan menjadi dua kali lipat, sehingga sebenarnya pembelahan sel merupakan fase terakhir dari perubahan-perubahan tingkat molekul yang sedang berlangsung.





DAFTAR PUSTAKA


Campbell. 1996. Biologi Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Campbell;Reece;Mitchell.2002.Biologi.Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Djohar. 1985. Bioligi sel 1Diktat kuliah FPMIPA IKIP Yogyakarta. F.MIPA IKIP Yogyakarta.Yogyakarta.
Strayer, L. 2000. Biokimia Vol 2 Edisi 4. Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Subowo. 2007. Biologi Sel. Angkasa. Bandung.
Suryani, Yoni. 2004. Biologi Sel dan Molekuler.FMIPA UNY. Yogyakarta.